brand_logo
Dari Muawiyyah hingga Gaza: Jejak Armada Laut Islam dan Aksi Global Sumud Flotilla
BeramalBersama
03-Oct-2025
Khasanah Islam

Dari Muawiyyah hingga Gaza: Jejak Armada Laut Islam dan Aksi Global Sumud Flotilla

 

Muawiyyah bin Abi Sufyan: Peletak Dasar Armada Laut Islam

Dalam sejarah peradaban Islam, nama Muawiyyah bin Abi Sufyan tercatat sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki peran besar, khususnya dalam dunia militer maritim. Beliau adalah saudara tiri Ummu Habibah—istri Nabi—dan dikenal sebagai sosok pemimpin yang cerdas, bijaksana, serta visioner.

Muawiyyah bukan hanya gubernur Syam selama dua dekade, tetapi juga inisiator dan panglima pertama yang berhasil membentuk angkatan laut Islam. Kekuatan baru ini menjadi tonggak penting yang mengubah wajah strategi militer Islam, dari yang semula hanya fokus di darat, menjadi mampu menandingi kekuatan besar Bizantium di lautan.

Awal Mula: Mimpi Nabi dan Doa Ummu Haram

Sebelum adanya pembentukan armada laut, Rasulullah SAW pernah bermimpi melihat pasukan umat Islam berlayar di lautan dengan gagah, seperti raja di atas singgasana. Mimpi itu dianggap sebagai kabar gembira tentang masa depan umat Islam yang akan berkuasa di laut.

Saat mendengar mimpi itu, Ummu Haram binti Milhan—bibi dari Muawiyyah—meminta agar Rasulullah mendoakan dirinya agar termasuk dalam pasukan tersebut. Doa Nabi pun dikabulkan. Beberapa tahun kemudian, Ummu Haram ikut serta dalam ekspedisi laut Islam pertama ke Pulau Siprus, dan di sanalah ia gugur syahid. Dengan begitu, Ummu Haram menjadi wanita pertama dalam sejarah Islam yang syahid di medan laut.

Mengapa Laut Menjadi Penting?

Pada masa awal kekhalifahan, ancaman terbesar umat Islam datang dari Bizantium (Romawi Timur) yang menguasai Laut Mediterania. Armada laut Bizantium dikenal sangat kuat dan menjadi benteng pertahanan sekaligus jalur utama untuk menguasai kota-kota pesisir.

Muawiyyah, yang saat itu menjabat gubernur Syam, menyadari bahwa:

  • Tanpa kekuatan laut, ekspansi Islam akan selalu terhambat.

  • Wilayah pesisir Muslim akan terus berada dalam ancaman serangan Bizantium.

  • Jalur laut adalah kunci untuk menaklukkan wilayah-wilayah strategis, termasuk jalur dagang internasional.

Dengan pemikiran visioner ini, Muawiyyah mengajukan usulan kepada Khalifah Umar bin Khattab agar membentuk armada laut. Namun, Umar menolak karena khawatir pasukan Muslim belum terbiasa dengan ganasnya lautan.

Setelah Umar wafat, usulan yang sama diajukan kembali kepada Khalifah Utsman bin Affan. Kali ini, Utsman menyetujuinya, dengan satu syarat penting: pasukan yang ikut harus sukarela, tidak ada paksaan. Dari sinilah lahir armada laut Islam pertama.

Pembentukan Armada: Galangan Kapal dan Rekrutmen

Muawiyyah segera bergerak cepat. Ia membangun galangan kapal di Iskandariyah (Alexandria, Mesir) dan Akka (Acre, Palestina). Para ahli perkapalan dari pesisir dan masyarakat lokal yang sudah terbiasa dengan laut dilibatkan.

Strategi ini membuat armada Islam tidak hanya kuat, tetapi juga profesional, karena dilatih dengan pengetahuan maritim yang sudah dikuasai masyarakat pesisir. Dalam waktu singkat, terbentuklah kekuatan laut yang siap menghadapi Bizantium.

Ekspedisi Pertama: Penaklukan Pulau Siprus

Ekspedisi pertama angkatan laut Islam adalah menuju Pulau Siprus (Qubrus). Pulau ini adalah pangkalan militer penting Bizantium di Laut Mediterania, sekaligus jalur strategis yang digunakan mereka untuk menyerang pesisir wilayah Muslim.

Dipimpin langsung oleh Muawiyyah dan panglima Abdullah bin Qais, pasukan Muslim berhasil merebut Siprus. Kemenangan ini menjadi simbol lahirnya kekuatan maritim Islam. Dalam ekspedisi inilah Ummu Haram gugur syahid.

Selain Siprus, pasukan Islam juga menaklukkan Qaisariah dan Tripoli—dua kota pesisir yang memiliki benteng kuat. Keberhasilan ini memperluas pengaruh Islam di jalur laut, sekaligus melemahkan dominasi Bizantium.

Pertempuran Besar: Dzatu Shawari

Pada tahun 34 H (655 M), terjadi salah satu pertempuran laut terbesar dalam sejarah awal Islam, yaitu Perang Dzatu Shawari (Perang Bertiang). Armada Islam berhasil menghadapi dan mengalahkan armada besar Bizantium di dekat Iskandariyah.

Kemenangan ini mengguncang Bizantium, karena untuk pertama kalinya mereka kalah di laut dari pasukan yang sebelumnya dianggap “asing” bagi medan laut. Sejak saat itu, kekuatan Islam benar-benar diperhitungkan sebagai rival besar di Laut Mediterania.

Ekspansi Maritim: Dari Mediterania ke Afrika Utara

Seiring berkembangnya Daulah Umayyah, armada laut Islam diperluas. Mereka menaklukkan pulau-pulau strategis seperti Arwad, Rhodes, dan bahkan melancarkan ekspedisi hingga ke Sisilia.

Di Afrika Utara, pabrik kapal dibangun di Tunisia untuk memperkuat armada. Armada Islam terbagi dalam beberapa basis: armada Syam dan Mesir menguasai Mediterania Timur, sementara armada Tunisia mengendalikan bagian Barat. Dengan strategi ini, Islam berhasil membangun kekuatan maritim global yang menyaingi Bizantium selama berabad-abad.

Jejak Muawiyyah dalam Sejarah

Muawiyyah bukan hanya gubernur dan khalifah, tetapi juga seorang negarawan yang mengerti arti penting strategi laut. Di masa pemerintahannya, stabilitas Syam terjaga, perdagangan berkembang, dan kekuatan militer semakin kokoh.

Doa Nabi kepadanya terbukti nyata: “Ya Allah, jadikanlah dia pemimpin yang memberi petunjuk dan mendapat petunjuk.”

Dari Armada Laut Islam Hingga Global Sumud Flotilla

Sejarah angkatan laut Islam menunjukkan bahwa laut bukan sekadar jalur perdagangan atau pertahanan, tetapi juga arena perjuangan. Di masa lalu, Muawiyyah membentuk armada untuk menghadapi Bizantium, menjaga keamanan umat, dan membuka jalan ekspansi Islam.

Semangat itu ternyata tidak berhenti di masa lalu. Hingga kini, laut tetap menjadi medan perjuangan umat Islam dan kemanusiaan.

Salah satu bukti nyata adalah aksi Global Sumud Flotilla yang baru saja dilaksanakan. Aksi ini melibatkan berbagai aktivis kemanusiaan lintas negara yang berlayar bersama untuk menembus blokade laut Israel terhadap Gaza. Tujuannya bukan untuk menaklukkan wilayah, tetapi untuk menghantarkan bantuan kemanusiaan dan menunjukkan solidaritas global bagi rakyat Palestina yang terjajah.

Apa yang dahulu dilakukan armada laut Islam untuk melawan kezaliman Bizantium, kini diteruskan oleh armada kemanusiaan di abad modern untuk melawan ketidakadilan Israel. Sama-sama melalui laut, sama-sama dengan semangat jihad: membela yang lemah, melawan penindasan, dan menegakkan keadilan.

 

Bagikan Artikel:

beranda beranda Beranda chat chat Infaq+ donasi donasi Sedekah kontak kontak Live Salur donasi rutin donasi rutin Akun