brand_logo
Sejarah Pesantren di Indonesia
BeramalBersama
15-Apr-2022
Khasanah Islam

Sejarah Pesantren di Indonesia

Pondok pesantren mempunyai peran penting dalam penyebaran dan pengajaran Islam di Indonesia. Pesantren tumbuh subur seiring berkembangnya agama Islam yang disebarkan salah satunya melalui jalur perdagangan di nusantara mulai ujung Sumatra sampai kawasan timur. Tidak heran bila saat ini, hampir di semua pesisir tumbuh pondok pesantren yang besar.

Sistem pendidikan yang dikembangkan pondok pesantren diduga merupakan hasil kreasi para ulama saat awal-awal perkembangan Islam. Saat itu sistem pendidikan lokal masih sistem padepokan sebagai sistem pendidikan era Hindu-Budha di nusantara. Saat itu, rakyat lokal belajar di padepokan yang didirikan untuk mendidik para cantrik.

Santri, kiai, pondok

Pesantren setidaknya ditandai hadirnya tiga unsur, yaitu santri, kiai, dan lingkungan pondok sebagai tempat tinggal. Pondok kadang kala hanya dipandang dari satu sisi saja, yaitu entitas bangunan fisik sebagai tempat tinggal para santri.

Di sisi lain, tidak sedikit pula yang mengenal pesantren dari perspektif yang lebih luas, yakni perannya dalam dakwah Islam di Iindonesia. Fungsi pesantren sangat sentral dalam membentuk dan memelihara kehidupan sosial, kultural, keagamaan hingga politik.

Istilah pesantren pada dasarnya merupakan sebuah tempat pendidikan Islam tradisional yang di dalamnya juga terdapat asrama bagi para santri. Santri tinggal bersama dan belajar ilmu agama di bawah asuhan seorang guru yang disebut kiai sebagai figur sentralnya.

Bermula dari kediaman kiai

Umumnya, pondok pesantren bermula dari seorang kiai yang menetap di suatu tempat. Kemudian, mulai berdatangan anak-anak dari lingkungan sekitar yang mengaji secara kalongan. Anak-anak itulah yang kemudian disebut santri. Mereka belajar pada pagi sampai sore, kemudian pulang ke rumah masing-masing. Seiring dengan perkembangan waktu makin banyak santri yang belajar, dibutuhkan tempat belajar. Santri yang dari jauh biasanya masih bisa ditampung di rumah kiai. Makin lama-makin banyak santri yang berdatangan dan bangunan rumah kiai sudah tidak muat lagi. Saat itulah dibangun rumah tinggal berupa pondokan di sekitar tempat tinggal kiai.

Pada masa lalu, kiai membebaskan biaya belajar. Kiai mengajak santri mengelola lahan milik kiai. Hasil dari mengelola lahan kiai itulah yang dipakai untuk menghidupi pesantren sehari-hari. Bagi santri, yang penting bisa mendapatkan tempat tinggal dan kebutuhan makan sehari-hari dipandang sudah cukup. Namun, seiring dengan waktu wali santri ikut mendukung biaya pendidikan di pesantren.

Cikal bakal pondok pesantren dimulai ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal dengan Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Meski pada waktu itu belum disebut pesantren, tetapi apa yang dilakukan Sunan Ampel itu dipercaya menjadi peletak dasar-dasar pendidikan pesantren di indonesia.

Santri-santri yang telah lama belajar dan dipandang cukup mendapatkan ilmu di padepokan Sunan Ampel kemudian satu per satu pulang ke daerahnya masing-masing dan menyebarkan ilmunya di sana. Santri-santri Sunan Ampel tersebut mendirikan padepokan seperti apa yang telah mereka dapatkan di Padepokan Ampel. Ulama-ulama besar banyak yang lahir dari padepokan-padepokan tersebut.

Pada 1899 Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang. Setelah itu kiai Hasyim mempelopori berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) yang akhirnya nisa menjadi menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia. Beberapa tahun sebelumnya, rekan seperguruan Kiai Hasyim ketika belajar di Mekkah, Kiai Ahmad Dahlan, mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Muhammadiyah mengembangkan pendidikan Islam dengan sistem pembelajaran modern yang diadopsi dari sistem pendidikan Belanda yang dikembangkan oleh pemerintahan kolonial.

Pesantren dan pendidikan modern

Dewasa ini, seiring perkembangan zaman, pesantren-pesantren sudah makin modern. Pesantren mengembangkan pula sistem persekolahan modern. Santri yang belajar di pondok selain mendapatkan pendidikan agama khas pondok pesantren tradisional juga mendapatkan pelayanan pembelajaran di sekolah yang didirikan oleh pondok. Biasanya, sanri belajar di sekolah pada pagi sampai siang. Setelah itu, mereka mendapatkan pembelajaran ilmu-ilmu agama khas pesantren mulai sore sampai malam hari. Meski kedua sistem itu sama-sama berjalan, tetapi kesederhanaan dan keikhlasan sebagaimana kehidupan khas pesantren tetap dipertahankan. Kiai sebagai pemimpin tetap menjadi figur sentral dan pemegang nilai utama dalam kehidupan pesantren pesantren. [*]

Bagikan Artikel:

beranda beranda Beranda chat chat Infaq+ donasi donasi Sedekah kontak kontak Live Salur donasi rutin donasi rutin Akun